Dulu aku bernyanyi bebas, meski suara burung lebih merdu, meski banyak pasang mata menyapa
Dulu aku hanya suka bahagia
Dulu aku menyamai warna pelangi buatanku dengan warna pelangi buatan teman-temanku
Aku hanya tak ingin menjadi bercak di atas kertas putih
Hanya setitik noda pun tak ingin
Lalu aku digiring...
Ke tepian sungai yang airnya mengalir
Dipaksa supaya menjadi bagian dari air sungai itu
Hingga kunaiki perahu tuk ikuti arus air sungai itu mengalir
Meski tak tau kapan berakhir, kemana aku pergi, tugasku hanya patuh
Hanya duduk saja ku dapat melihat beragam hal
Sekelompok burung terbang bersama
Dua katak sedang beradu kasih
Rombongan buaya yang mengancam nyawa
Hingga sampai di kampung kancil cerdik
Kuharap cerdiknya bisa tertular padaku
Semakin jauh perjalananku, terus jauh hingga melihat hulu? Bukan, ternyata hanya batu-batu
Bukan, bukan sekadar batu-batu
Batu runcing yang bergerak
Bagaimana mungkin?
Memang hanya tanya dan harus kujawab sendiri meski dengan petunjuk pembantu
Lalu aku sadar, bahwa aku memang belum sadar, aku sedang bermimpi, nyata bermimpi, mimpi yang nyata